Beberapa hari terakhir, beberapa Kabupaten dan Kota di wilayah Jawa Tengah mengalami kejadian akibat hujan seperti banjir dan longsor, serta gempa bumi. “Jawa Tengah merupakan laboratorium bencana, sehingga kita semua harus memiliki sikap adaptif, juga ilmu titen (artinya teliti, mengingat),” ujar Ganjar Pranowo saat memberikan pengarahan dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Jawa Tengah, Bidang Penanggulangan Bencana (PB) dengan tema Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir dan Longsor, di Kampus Akbara PMI Surakarta, Selasa siang (26/10).
Rakor yang diikuti oleh Ketua, Pengurus Bidang PB dan Anggota Dewan Kehormatan PMI Kabupaten/Kota Se-Jateng ini, dihadiri pula Ketua Dewan Kehormatan PMI Jateng Taj Yasin Maimoen, Ketua Bidang PB PMI Pusat Letjen (Purn) Soemarsono, Ketua BAZNAS Jateng KH. Ahmad Darodji, Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Sukasno, Kabid. Penanganan Darurat BPBD Jateng Dicki Ruli Perkasa dan Walikota Solo Gibran Rakabuming.
Banyak orang yang mengatakan bahwa akan terjadi bencana alam, agar disikapi dengan bijaksana pula. “Manusia harus bijaksana. Bijaksana dengan menanyakan kepada ahlinya, yang memiliki ilmu pengetahuan tentang evolusi bumi dan kebencanaan. Kita ikuti saja, tanda-tanda alamnya ada, ilmu pengetahuannya ada, teknologinya ada. Nah, tugas kita sekarang adalah membantu mengedukasi kepada mereka dan masyarakat,” pesan Ganjar Pranowo.
Diwilayah yang rawan bencana, agar melakukan kesiapsiagaan dan memberikan informasi jelas agar masyarakat tidak berpikir negatif dan panik. “Segera saya perintahkan pasukan pengurangan resiko bencana sekarang harus tiap hari keliling dan mengedukasi masyarakat sambil memberikan informasi. Saya juga meminta pada kawan-kawan di daerah rawan untuk apel siaga. TNI, Polri, PMI, SAR semua dikerahkan untuk kita benar-benar siaga. Saya berterimakasih inisiatif dari PMI hari ini berkumpul,” pungkas Ganjar.
Ketua Dewan Kehormatan PMI Jateng Taj Yasin Maimoen yang juga Wakil Gubernur Jawa Tengah mengatakan, sebagai garda terdepan dalam hal penanggulangan bencana, saat ini juga bukan hanya bencana hujan dan banjir atau longsor tetapi juga bencana kesehatan yang diakibatkan dari La Nina. “Intesitas hujan tinggi, otomatis biasanya genangan air itu banyak sehingga menimbulkan jentik-jentik nyamuk yang mungkin akan lebih banyak. Sehingga yang harus kita waspadai adalah DBD,” kata Gus Yasin dalam pengarahannya.
Saat ini kita sering mendapat informasi dari BMKG terkait fenomena lanina di Indonesia yang ini tentu kita semua diharuskan dan diwajibkan untuk siaga di daerah masing – masing. “Harus mengedukasi masyarakat bahwa kita sebagai insan kemanusiaan perlu mempersiapkan mitigasi dulu. Karena untuk menjawab pertanyaan tentang kebencanaan, itu bukan ranah kita, jadi kita kembalikan kepada yang memiliki keilmuan disana. Bagian kita adalah bagaimana mengevakuasi masyarakat kita Ketika terjadi bencana, bagaimana kita memberikan pelayanan pada masyarakat kita, saat ada bencana,” terangnya.
Gus Yasin juga mengingatkan peran PMI dalam penyediaan darah untuk masyarakat yang membutuhkan. “Saat ini kita sering mendapat informasi dari BMKG terkait fenomena lanina di Indonesia yang ini tentu kita semua diharuskan dan diwajibkan untuk siaga di daerah masing – masing. Saya mengajak 35 PMI di Kota dan Kabupaten se-Jawa Tengah ayo kita saat ini koreksi diri, kantong kita trombosit kita sudah siap belum Ketika ada lonjakan. Banyak yang membutuhkan. Kita Harus Waspada. “Terimakasih kepada rekan -rekan PMI yang telah memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat. Kita sudah waspada, kita siap siaga,” pesannya.
Ketua PMI Jawa Tengah, Sarwa Pramana, menyampaikan bahwa salah satu upaya meningkatkan kesiapsiagaan PMI dalam menghadapi musim penghujan di akhir tahun ini kami mengundang perwakilan dari seluruh PMI kab/kota se Jawa Tengah untuk lakukan koordinasi. “Untuk meningkatkan kualitas layanan pada masyarakat, koordinasi dan sumber daya harus senantiasa dikuatkan dan upaya bergerak bersama masyarakat dalam setiap kegiatan penanggulangan bencana harus terwujud,” kata Sarwa.
Setelah rakor selesai, Gubernur didampingi Wakil Gubernur, Walikota Solo dan rombongan menyempatkan menengok Griya Peduli PMI Solo yang merawat para orang-orang telantar, lansia, jompo dan orang dengan gangguan jiwa. Saat ini masih merawat 106 warga (sebutan pasien yang ditampung) dari berbagai wilayah di Jateng bahkan Jawa Timur.